DI vs DS soal TUCUXI

Dahlan Iskan vs Danet Suryatama perlu dituntaskan demi ilmu pengetahuan dan demi pencerahan terhadap bagaimana negara memperlakukan sebuah karya setiap putra putri di indonesia, baik dari segi hukum maupun kesempatan dan publikasinya.

Tragedi Tucuxi, janganlan membuat bangsa indonesia pesimis terhadap perkembangan mobil listrik indonesia. Demikian juga kami selaku penulis merasa terusik atas polemik ini, bukan karena masalah lalulintasnya atau kerugian materilnya, akan tetapi penulis sangat tertarik tentang bagaimana seharusnya sikap negara maupun rakyat indonesia terhadap pencipta dan ciptaannya.

Sebagaimana diketahui, bahwa Dahlan Iskan telah menyelenggarakan jumpa pers sehubungan dengan kecelakaan yang dialami ketika mengendarai mobil tucuxi. Diketahui juga bahwa kecelakaan tersebut dialami ketika mengendarai tucuxi dalam rangka uji coba dan jumpa pers tersebut dilakukan oleh DI dalam kapasitas beliau sebagai pengemudi yang atas kerelaan sendiri, karena merasa telah memiliki mobil tucuxi melalui kesediaan beliau sebagai penyandang dana dalam pembuatan mobil listrik tucuxi ini.

Dana bukanlah segala galanya dalam menghasilkan suatu karya. Namun demikian dana juga diperlukan sebagai salah satu komponen penunjang dalam perwujudan suatu karya. Walaupun dana bukan berasal dari pencipta suatu karya, status sebagai pencipta atau penemu tidak bisa dihilangkan hanya karena masalah sumber pembiayaan ini.

Kita tidak tahu apa alasan DI tidak memperkenalkan pencipta tucuxi ini kepada masyarakat, bahkan kolaborasi antara mereka, DI dan DS bukan merupakan hal yang penting ketika tucuxi ini dipublikasikan.

Seharusnya, demi ilmu pengetahuan dan etika, ketika menggelar jumpa pers terkait kecelakaan tucuxi, DI sebaiknya mengikut sertakan DS sebagai pencipta tucuxi ini, karena secara teknis, penciptalah yang tahu persis tentang apa yang dia ciptakan. Dan penjelasan secara teknis oleh pencipta tucuxi merupakan kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan teknologi indonesia bahkan ilmu pengetahuan. Klaim kepemilikan karena telah membiayai pembuatan tucuxi oleh DS bukanlah sikap yang sportif dan positif karena rangkaian proses penciptaan belum selesai karena belum menyelesaikan tahapan teknis yaitu uji coba maupu tahapan administrasi atau hukum seperti perijinan, hak paten dan sebagainya.

Penulis berharap, demi ilmu pengetahuan, kolaborasi DI dan SD harus berlanjut, hilangkan sikap menonjolkan diri sendiri, mau menang sendiri dan sikap saling menklaim, karena kisah tucuxi telah tercatat dalam sejarah ilmu pengetahuan indonesia dan generasi sekarang dan akan datang tentunya berharap kisah tucuxi tidak berhenti oleh karena masalah non teknis.

Salam ilmiah,
penulis

referensi:
http://m.detik.com/oto/read/2013/01/13/010101/2140560/1207/

http://m.news.viva.co.id/news/read/381710-yang-buat-dahlan-iskan-selamat-dari-tabrakan-maut-tucuxi

http://www.metrotvnews.com/mobile-site/read/newsvideo/2013/01/08/168342/Ini-Penjelasan-Dahlan-Soal-Kecelakaan-Tucuxi#.UOvdJ1hcPQI.twitter

DI vs DS soal TUCUXI

Dahlan Iskan vs Danet Suryatama perlu dituntaskan demi ilmu pengetahuan dan demi pencerahan terhadap bagaimana negara memperlakukan sebuah karya setiap putra putri di indonesia, baik dari segi hukum maupun kesempatan dan publikasinya.

Tragedi Tucuxi, janganlan membuat bangsa indonesia pesimis terhadap perkembangan mobil listrik indonesia. Demikian juga kami selaku penulis merasa terusik atas polemik ini, bukan karena masalah lalulintasnya atau kerugian materilnya, akan tetapi penulis sangat tertarik tentang bagaimana seharusnya sikap negara maupun rakyat indonesia terhadap pencipta dan ciptaannya.

Sebagaimana diketahui, bahwa Dahlan Iskan telah menyelenggarakan jumpa pers sehubungan dengan kecelakaan yang dialami ketika mengendarai mobil tucuxi. Diketahui juga bahwa kecelakaan tersebut dialami ketika mengendarai tucuxi dalam rangka uji coba dan jumpa pers tersebut dilakukan oleh DI dalam kapasitas beliau sebagai pengemudi yang atas kerelaan sendiri, karena merasa telah memiliki mobil tucuxi melalui kesediaan beliau sebagai penyandang dana dalam pembuatan mobil listrik tucuxi ini.

Dana bukanlah segala galanya dalam menghasilkan suatu karya. Namun demikian dana juga diperlukan sebagai salah satu komponen penunjang dalam perwujudan suatu karya. Walaupun dana bukan berasal dari pencipta suatu karya, status sebagai pencipta atau penemu tidak bisa dihilangkan hanya karena masalah sumber pembiayaan ini.

Kita tidak tahu apa alasan DI tidak memperkenalkan pencipta tucuxi ini kepada masyarakat, bahkan kolaborasi antara mereka, DI dan DS bukan merupakan hal yang penting ketika tucuxi ini dipublikasikan.

Seharusnya, demi ilmu pengetahuan dan etika, ketika menggelar jumpa pers terkait kecelakaan tucuxi, DI sebaiknya mengikut sertakan DS sebagai pencipta tucuxi ini, karena secara teknis, penciptalah yang tahu persis tentang apa yang dia ciptakan. Dan penjelasan secara teknis oleh pencipta tucuxi merupakan kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan teknologi indonesia bahkan ilmu pengetahuan. Klaim kepemilikan karena telah membiayai pembuatan tucuxi oleh DS bukanlah sikap yang sportif dan positif karena rangkaian proses penciptaan belum selesai karena belum menyelesaikan tahapan teknis yaitu uji coba maupu tahapan administrasi atau hukum seperti perijinan, hak paten dan sebagainya.

Penulis berharap, demi ilmu pengetahuan, kolaborasi DI dan SD harus berlanjut, hilangkan sikap menonjolkan diri sendiri, mau menang sendiri dan sikap saling menklaim, karena kisah tucuxi telah tercatat dalam sejarah ilmu pengetahuan indonesia dan generasi sekarang dan akan datang tentunya berharap kisah tucuxi tidak berhenti oleh karena masalah non teknis.

Salam ilmiah,
penulis

referensi:
http://m.detik.com/oto/read/2013/01/13/010101/2140560/1207/

http://m.news.viva.co.id/news/read/381710-yang-buat-dahlan-iskan-selamat-dari-tabrakan-maut-tucuxi

http://www.metrotvnews.com/mobile-site/read/newsvideo/2013/01/08/168342/Ini-Penjelasan-Dahlan-Soal-Kecelakaan-Tucuxi#.UOvdJ1hcPQI.twitter